Selayang Pandang Ikan Uceng (Nemachilus fasciatus) Di Kabupaten Temanggung



KLASIFIKASI  DAN  MORFOLOGI IKAN UCENG
Klasifikasi
Kingdom          :   Animalia

Filum               :   Chordata
Kelas               :   Actinopterygii
Ordo                :   Cypriniformes
Famili              :   Nemacheilidae
Genus              :   Nemacheilus
Spesies             :   Nemacheilus faciatus
(Bleeker, 1863)
Nama lokal      : Ikan Uceng
Habitat             : Sungai Air Deras
Deskripsi         : Bentuk tubuh kecil memanjang, memiliki garis-garis kehitaman di bagian tubuhnya, memiliki sungut

Ukuran tubuhnya yang kecil dan habitatnya yang berupa bebatuan hingga perairan berkerikil menyebabkan ikan ini mudah untuk bersembunyi dan sangat susah ditangkap. Menurut Brown, (1975) dalam Kottelat et al., (1993), ikan uceng memiliki badan memanjang, ditemukan pada perairan dengan kandungan oksigen terlarut tinggi, hidup di tepi sungai pada bagian dangkal dan dasar sungai batu, kerikil dan pasir. Spesies ini mampu berenang melawan arus.

Tantangan Budidaya Ikan Uceng

Saat ini keberadaan ikan uceng di alam liar khususnya di perairan Kabupaten Temanggung sangat terancam. Ikan uceng sangat sulit untuk dibudidayakan. Menurut Mark (2006), Spesies ini terbiasa di alam liar. Bila ingin memelihara ikan ini dalam sebuah media seperti akuarium, maka akuarium harus memiliki tingkat aliran air yang  baik dan sirkulasi oksigen yang baik pula untuk mensimulasikan sungai di pegunungan yang cukup mengalir. Substrat harus terdiri dari pasir air yang halus atau kerikil yang halus yang akan membantu untuk melindungi daerah barbel sensorik yang sensitif. Sisa tangki harus dilengkapi dengan kerikil/cobbles bulat dan tumpukan batu dan bogwood untuk membuat tempat persembunyian dan tentunya teknologi ini akan rumit jika diterapkan dalam budidaya skala rumah tangga.
Di alam liar, Menurut Fishbase (2010) ikan uceng biasa memakan organisme-organisme bentik dan detritus. Pengetahuan kebiasaan makan ikan uceng  di habitat aslinya sangat menentukan dalam mendukung keberhasilan proses pengembangan budidaya.
Kebiasaan Ikan Uceng   
        Di alam liar pada sore  hari biasanya ikan uceng mulai keluar dari persembunyiannya  menuju perairan dangkal untuk mencari makan. Hal tersebut berlangsung sampai dengan jam malam hari, dan uceng akan menghilang kembali ke persembunyian dan akan keluar ke kedangkalan lagi antara jam 4 dini hari sampai dengan jam 6 pagi. Setelah jam itupun ikan uceng akan kembali ke persembunyiannya, yang tepatnya pada kedalaman berapa centi meter, namun sangat susah ditemukan.
Alasan utama kenapa spesies ikan tertentu berkumpul di daerah tertentu diperkirakan jadi seperti berikut :
a) Ikan memilih kehidupan lingkungan yang sesuai untuk spesiesnya.
b) Mereka memburu sumber makanan yang berlimpah.
c) Mereka mencari tempat yang sesuai untuk memijah dan berkembang biak.

Penangkapan uceng, ikan yang unik harus menggunakan sejenis perangkap yang diberi umpan didalamnya. Alat perangkap ini bernama telik, terbuat dari anyaman bambu yang dibentuk sedemikian rupa yang mirip dengan perangkap ikan yang bernama bubu, ( wuwu - bhs jawa ), hanya bentuknya lebih kecil.
Pemasangan alat perangkap uceng ( telik ) di sungai dilakukan antara jam 3 sampai dengan jam 5 sore, karena pada jam  3 sore  biasanya ikan uceng mulai keluar dari persembunyiannya ( liar ) menuju perairan dangkal ( kurang lebih kedalaman 20 - 40 cm untuk mencari makan. Hal tersebut berlangsung sampai dengan jam 10 malam, dan uceng akan menghilang kembali ke persembunyian dan akan keluar ke kedangkalan lagi antara jam 4 dini hari sampai dengan jam 6 pagi. Setelah jam itupun ikan uceng akan kembali ke persembunyiannya, yang tepatnya pada kedalaman berapa centi meter, namun sangat susah ditemukan.
Pengangkatan alat perangkap ikan uceng akan dilakukan antara jam 6 sampai dengan jam 8 pagi, ini tergantung banyaknya alat perangkap ( Telik/Bubu ) yang dipasang oleh orang tersebut. Biasanya  satu orang memasang telik paling banyak 100 buah yang dipasang tersebar dalam area sungai dangkal berjarak 500 sampai dengan 1000 meter.
Jika sedang beruntung satu telik bisa berisi 4 sampai 5 ekor ikan uceng, namun jika cuaca dan kondisi air sedang kurang baik, maka satu telik hanya berisi 1 sampai 2 ekor, bahkan bisa tidak isi sama sekali
Yang tampak pada foto bawah, ikan uceng yang ada di mangkuk plastik tersebut merupakan hasil tangkapan dari 2 buah telik. Jika dilihat dari segi penangkapannya yang susah inilah, wajar saja jika harga ikan uceng mentah di pasaran menjadi cukup mahal yaitu sekitar Rp.50.000/kg .

 Pada gambar diatas, seorang bapak tengah melakukan pekerjaan memberi umpan sebagai " pemancing " uceng agar masuk perangkap, berupa ramuan yang terbuat dari singkong yang direbus, kacang sangrai atau menggunakan buah jarak gebyar yang bertujuan membuat aroma gurih pada ramuan tersebut.  Semua bahan ditumbuk sampai halus dan pekat supaya tidak mudah larut dalam air, sehingga yang keluar dari perangkap tersebut hanyalah aromanya saja

Harga uceng setelah digoreng akan menjadi  Rp.250.000/kg, bahkan lebih karena terjadi penyusutan berat yang sangat  besar, Kata Bu Sutinah (Pengepul dan Pengolah Uceng Hasil Tangkapan di Alam) dari Dsn. Cepit Bilang, Desa Gondangwayang, Kecamatan Kedu,Kab. Temanggung Jawa Tengah.

           Tidak semua orang dapat melakukan pekerjaan penangkapan ikan uceng, karena sangat  membutuhkan pengetahuan tentang uceng yang biasanya ilmu ini didapat secara turun - temurun. Keunikan cara penangkapan Uceng dengan perangkap telik ini, akan diperoleh hasil langkapan hidup, sehingga daging uceng tetap segar dan tidak busuk, berbeda dengan hasil memancing, bisanya uceng yang terluka oleh pancing akan mati dan busuk dalam beberapa jam.


Ikan uceng sudah sangat dikenal oleh masyarakat temanggung sebagai ikan santapan orang kaya dan para pejabat, tentunya hal ini dikarenakan kelezatan ikan uceng ini sudah melegenda.  Sering dijumpai kejadian menarik di masyarakat sangat jarang menikmati kelezatan ikan uceng ini dikarenakan harganya yang tidak terjangkau buat kantong mereka. Bahkan saat mereka mendapat ikan uceng di musim kemarau, dengan cara bersusah payah karena harus membuat genangan air di sungai menjadi kering, setelah mendapat uceng, mereka akan menjualnya, dan mereka memilih ikan jenis lain dari hasil tangkapan tersebut yang menurut mereka harganya lebih murah.
              Tidak jarang pemesan ikan uceng adalah untuk memenuhi pesanan dari luar kota yang tersebar diseluruh Indonesia dan untuk memenuhi pesanan tersebut harus memakan waktu beberapa hari karena jika tidak maka uceng yang ada di pasaran akan habis terbeli orang atau untuk memenuhi yang lebih dahulu.   
             Inilah keunikan dari ikan uceng yang sudah melegenda di masyarakat Temanggung bahwa ikan uceng goreng merupakan sajian kuliner berkelas yang layak anda coba nikmati. 

Ikan Uceng  Hampir Punah
Populasi uceng terus menurun, hal ini dapat diamati dari degradasi  rata-rata panjang uceng, yang di masa lalu, mungkin di pertengahan  70-an bisa mencapai 15cm, namun dewasa ini hanya sekitar 7 cm saja.  Selain itu lingkungan uceng, yang karakteristiknya cenderung berair  deras dengan substrat berpasir, semakin banyak diramaikan oleh para  penggali pasir. Sungguh malang nian nasib si uceng  ini. Selain memaki  stroom, penggunaan racun (buasanya potas) juga marak dilakukan. Selain  membuat  mabuk uceng dan keluarga juga menjadikan perairan tersebut bersih dari ikan hidup.

            Mengamati uceng di alam, sungguhlah menarik. Karena selain dia menyukai  perairan jernih, si kecil ini sangat piawai dalam melakukan salto, dan  umumnya mereka melakukan semacam Lomba Ketangkasan melawan arus,  kala menemukan jeram-jeram kecil.

No comments:

Post a Comment

 

Most Reading

D'Joe Pretz. Powered by Blogger.